Waktu untuk IBADAH

Berubah Itu Sulit, tapi KONSISTEN Jauh Lebih SULIT.

Jumat, 21 Januari 2011
Sahabat, sejak pergantian tahun beberapa minggu yang lalu, kesibukan telah merenggut waktuku untuk melaksanakan sebuah kewajiban, posting. Akhirnya, dengan berat hati blog jelek ini harus menampilkan wajah yang sama dalam beberapa hari. Memalukan! Pada awalnya, memulai untuk menulis sketsa pikiran di blog itu sangat sulit. Membutuhkan kerja keras untuk merangkai ide-ide dan pikiran-pikiran di dalam kepala, menjadi sebuah tulisan yang enak untuk dibaca (setidaknya bagi penulis ). Sebab memulai untuk berubah itu cukup sulit. Tapi ternyata seiring berjalannya waktu, merangkai ide dan pikiran itu seperti bukan hambatan lagi. Sebab ide-ide terus saja mengalir dan pikiran-pikiran besar terus saja berkecamuk. Jari jemari pun semakin lincah menari mengikuti sketsa ide dan pikiran menjadi sebuah narasi sederhana. Tapi persoalannya kemudian adalah, konsistensi. Ya, konsistensi itulah yang ternyata jauh lebih sulit. Saat agenda semakin padat dan aktivitas semakin banyak, justru yang diperlukan adalah konsistensi. Sebab ternyata, karya itu bukanlah prestasi pada satu waktu, melainkan akumulasi kerja yang terus menerus konsisten dilakukan hingga menemukan momentum ledakannya.
Sahabat, seperti itulah hidup mengajarkan kita. Ternyata segala sesuatunya bisa kita ubah, dan kata kuncinya adalah ‘konsisten’. Perhatikanlah sebuah bongkahan batu besar yang di atasnya menetes air. Secara logika, tetes-tetes air itu mustahil mampu merubah bentuk bongkahan batu itu menjadi berlubang. Tetapi jika tetesan air itu terus menetes hingga puluhan tahun pada titik yang sama, ternyata batu yang kokoh itu dapat berlubang. Itulah konsistensi.

Seperti itu pula kita. Terlalu banyak hal yang menurut kita terlalu mustahil untuk seorang ‘Aku’ menghadapinya dalam hidup ini. Seperti kemustahilan tradisi suku Indian yang menari untuk meminta hujan saat kemarau, dan ternyata hujan itu betul-betul turun. Dan bukan hanya sekali dua kali tradisi tarian itu suskses mendatangkan hujan, tapi setiap kali mereka menari pasti turun hujan. Apakah mereka mampu melawan takdir? Bukan. Mereka selalu sukses mendatangkan hujan lewat tarian sebab mereka konsisten melakukannya. Mereka tidak akan berhenti menari hingga hujan benar-benar turun membasahai tanah meraka. Meskipun harus menarai seharian, sepekan, setahun, bahkan hingga kiamat. Itulah konsistensi.

Sahabat, bahkan jika ingin jujur mungkin sebagian besar kegagalan kita dalam hidup ini adalah buah dari ketidakkonsistenan kita pada perubahan-perubahan yang telah direncanakan. Mungkin fisik kita lemah dan sakit karena tidak pernah konsisten berolah raga. Mungkin pikiran kita dangkal karena kita tidak konsisten membaca buku. Mungkin hubungan dengan pasanagn kita semakin renggang karena kita tidak konsisten mengucapkan kata cinta. Bahkan mungkin bisnis kita gagal dan berantakan hanya karena kita tidak konsisten menepati janji. Berubah itu sulit, namun konsisten itu jauh lebih sulit.
(malam terakhir di Singapore..)

Tujuh Prinsip Mengajar

Senin, 10 Januari 2011
Tujuh Prinsip Mengajar. Inilah beberapa petunjuk yang perlu dipersiapkan oleh seorang guru yang baik.

1. Persiapkan bahan pelajaran dengan mempelajarinya berulang-ulang. Jangan mengandalkan bahwa kita sudah pernah mempelajarinya karena apa yang kita ketahui dahulu pasti sebagian sudah terhapus dari ingatan kita.
2. Carilah urutan yang logis dari tiap bagian dalam pelajaran yang dipersiapkan tersebut. Setiap pelajaran selalu berangkat dari pengertian-pengertian dasar yang sederhana baru ke tingkat pengertian yang tinggi. Pelajari urut-urutan yang logis dari pelajaran yang dipersiapkan tersebut sampai terwujud suatu pengertian yang dapat saudara uraikan dengan kata-kata sendiri.
3. Carilah analogi atau ilustrasi untuk mempermudah penjelasan fakta-fakta dan prinsip-prinsip yang sulit dimengerti oleh siswa. Khususnya prinsip-prinsip abstrak.
4. Carilah hubungan antara apa yang diajarkan dan kehidupan sehari-hari siswa. Hubungan-hubungan inilah yang akan menentukan nilai praktis penerapan dari pelajaran itu.
5. Gunakan sebanyak mungkin sumber referensi berupa buku-buku atau bahan-bahan yang sesuai, tetapi pahami dahulu sebaik-baiknya sebelum menyampaikan kepada siswa.
6. Harap diingat bahwa lebih baik mengerti sedikit, tetapi benar-benar mantap daripada mengetahui banyak, tetapi kurang mendalam.
7. Sediakan waktu yang khusus untuk mempersiapkan tiap pelajaran sebelum berdiri di depan kelas. Dengan persiapan matang, kita akan semakin menguasai pengetahuan dan gambaran apa yang diajarkan akan semakin jelas.

belajar matematika dgn senang oleh bu rini

Minggu, 09 Januari 2011
Check out this SlideShare Presentation:

Download Permendiknas 45 dan 46 tahun 2010 dan POS UN tentang dasar pelaksanaan Ujian Nasional 2011

Kamis, 06 Januari 2011
Bagi Para Pelaku pendidikan dan para pemerhati pendidikan yang menginginkan Permendiknas nomor 45 tahun 2010 tentang Kriteria kelulusan peserta didik pada Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah, Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa, Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah, Sekolah Menengah Atas Luar Biasa, dan Sekolah Menengah Kejuruan Tahun Pelajaran 2010/2011 dan Permendiknas nomor 46 tahun 2010 tentang tentang Pelaksanaan Ujian Sekolah/Madrasah dan Ujian Nasional pada Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah, Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa, Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah, Sekolah Menengah Atas Luar Biasa, dan Sekolah Menengah Kejuruan tahun pelajaran 2010/2011 beserta lampirannya, silahkan diunduh di link dibawah ini :
1. Permendiknas 45 tahun 2010
2. Permendiknas 46 tahun 2010
3. Kisi kisi Ujian Nasional 2011
4. POS UJIAN NASIONAL 2011
5. Bahan sosialisasi UN 2011 
Selamat Menjalankan Ujian Nasional 2011 dengan JUJUR. Maju terus pendidikan IndONEsia.

Menghukum Peserta didik (anak) ala Ki Hadjar Dewantoro

Rabu, 05 Januari 2011
“ Bolehkah Guru Menghukum Murid ?” Pertanyaan yang sering diperebatkan/didiskusikan pendidik di ruang guru. Dari kesimpulan sekaligus merupakan jawaban atas pertanyaan memperbolehkan guru menghukum peserta didiknya asalkan dengan bijaksana. Hukuman bijaksana dimaksud di atas adalah tidak menerapkan hukuman fisik pada daerah organ-organ penting (dada, perut, dan kepala). Oke, penulis sangat setuju dengan pendapat tersebut.

UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 menyebutkan “ Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara .”

Sehubungan dengan tujuan pendidikan sebagaimana terungkap di atas yakni untuk mengembangkan potensi kognitif, sikap dan keterampilan peserta didik maka pendidik/tenaga kependidikan memikul tanggung jawab untuk membimbing, mengajar dan melatih murid atas dasar norma-norma yang berlaku baik norma agama, adat, hukum, ilmu dan kebiasaan-kebiasaan yang baik. Untuk mewujudkan tujuan itu perlu ditanamkan sikap disiplin, tanggung jawab, berani mawas diri, beriman dan lain-lain. Hukuman pun sering diterima siswa manakala mereka melanggar tata tertib yang telah disepakati. Hukuman itu dimaksudkan sebagai upaya mendisiplinkan siswa terhadap peraturan yang berlaku. Sebab, dengan sadar pendidik memegang prinsip bahwa disiplin itu merupakan kunci sukses hari depan. Apakah bentuk-bentuk hukuman bisa dikembangkan untuk mendisiplinkan siswa? Pertanyaan seperti inilah menjadi dilema bagi kaum pendidik dalam mengemban kewajiban dan tanggung jawabnya.

Apabila sanksi hukuman sama sekali tidak diadakan niscaya perilaku siswa akan lebih semrawut. Kita bisa menduga-duga, ada penerapan hukuman saja siswa yang melanggar masih banyak, apalagi jika sanksi hukuman ditiadakan. Tambah ruwet. Jika hukuman itu diadakan menuntut konsekuensi bagi para pendidik itu sendiri. Maksudnya, pendidik harus benar-benar bisa sebagai suri tauladan bagi anak didiknya. Penerapan aturan hukuman bagi para siswa yang melanggar tetapi tidak diikuti kedisiplinan pendidik , bagaikan halilintar, banyak yang menyepelekan.

Hukuman itu wajar tetapi hendaknya bersifat mendidik. Maksudnya dengan adanya hukuman siswa menjadi tahu / faham tentang kesalahan yang dilakukannya, tanpa merampas “ batas kemanusiaannya.” Dengan kata lain hukuman dari pendidik kepada peserta didik harus bersifat mendidik. Jadi hukuman harus ada relasi dengan pengetahuan, pengembangan mental, disiplin, sifat kemanusiaan, kemandirian dan ketidakragu-raguan. Misalnya hukuman menghafalkan pembukaan UUD 1945, membuat puisi, menambah jumlah soal PR, membuat cerpen tentang siswa terhukum dan lain-lain. Pendeknya hukuman itu ada gunanya bagi pengembangan wawasan, kreativitas, kesadaran siswa yang terhukum. Bukan sebaliknya seperti yang acap terjadi hukuman hukuman bersifat menjerakan, menyusahkan dan meninggalkan rasa jengkel, tidak puas dan menambah rasa benci siswa terhadap pendidiknya ( pemberi hukuman itu ).

Tokoh pendidik Ki Hajar Dewantara ( Majalah Wasito Edisi 08 Jilid I 1929 ) mengemukakan pendapatnya bahwa dalam memberikan hukuman kepada anak didik, seorang pendidik harus memperhatikan 3 macam aturan. Pertama, hukuman harus selaras dengan kesalahan. Misalnya, kesalahannya memecah kaca hukumnya mengganti kaca yang pecah itu saja. Tidak perlu ada tambahan tempeleng atau hujatan yang menyakitkan hati. Jika datangnya terlambat 5 menit maka pulangnya ditambah 5 menit. Itu namanya selaras. Bukan datang terlambat 5 menit kok hukumannya mengintari lapangan sekolah 5 kali misalnya. Relasi apa yang ada di sini ? Itu namanya hukumn penyiksaan.

Kedua, hukuman harus adil. Adil harus berdasarkan atas rasa obyektif, tidak memihak salah satu dan membuang perasaan subyektif. Misalnya siswa yang lain membersihkan ruangan kelas kok ada siswa yang hanya duduk – duduk sambil bernyanyi-nyanyi tak ikut bekerja. Maka

hukumannya supaya ikut bekerja sesuai dengan teman-temannya dengan waktu ditambah sama dengan keterlambatannya tanpa memandang siswa mana yang melakukannya.

Ketiga, hukuman harus lekas dijatuhkan. Hal ini bertujuan agar siswa segera paham hubungan dari kesalahannya. Pendidik pun harus jelas menunjukkan pelanggaran yang diperbuat siswa. Dengan harapan siswa segera tahu dan sadar mempersiapkan perbaikannya. Pendidik tidak diperkenankan asal memberi hukuman sehingga siswa bingung menanggapinya.

Itulah wasiat Ki Hajar Dewantara yang dapat digunakan sebagai pedoman dan pertimbangan para guru / kepala sekolah yang sering mengangkat dirinya berfungsi ganda. Pertama berfungsi sebagai polisi, kemudian jaksa dan sekaligus sebagai hakim di sekolahnya. Guru/kepala sekolah memang mempunyai superioritas yang tinggi terhadap siswanya. Tidak heran akhirnya bak raja di atas tahta,segala perintah, siswa dipaksa menerima dan menurut. Kesuperioritasannya boleh lestari asalkan tidak merugikan anak didik. Hal itulah menuntut pendidik bersifat bijak , sehingga hukuman tak boleh semena-mena terhadap anak didik.

Psikologis anak perlu sentuhan yang halus , lentur dan manis sehingga bisa membuat sensivitas perasaannya terasah normal. Hukuman terhadap siswa harus berlandaskan keseimbangan. Misalnya dari strata paling rendah, siswa yang nakal dibina dulu oleh wali kelas . Apabila masih belum bisa ditolerir dikenakan hukuman skorsing tidak boleh mengikuti kegiatan sekolah. Sedangkan hukuman di strata puncak jika memang sekolah tidak mampu membina lagi, kembalikan kepada orang tuanya.

Pelaksanaan dan Formula UN 2011

Permendiknas Nomor 45/2010 tentang Kriteria Kelulusan dan Permendiknas Nomor 46/2010 tentang Pelaksanaan Ujian Nasional (UN) SMP dan SMA telah ditanda tangani oleh Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Mohammad Nuh dan berarti UN 2011 positif digelar.
Pelaksanaan Ujian Nasional
Pelaksanaan Ujian Nasional (UN) Tahun Pelajaran 2010/2011 sebagai berikut :
  1. Jenjang SMA/MA/SMK  akan digelar pada 18-21 April 2011 dan pengumuman kelulusannya paling lambat  16 Mei 2011 dan bagi SMK ujian nasional kompetensi keahlian paling lambat sebulan sebelum UN
  2. Jenjang SMP/MTs  akan digelar pada 25-28 April 2011 dan pengumuman kelulusan paling lambat 4 Juni 2011.
Formula Penilaian Kelulusan :
Pada Ujian Nasional 2011 nanti menggunakan formula baru untuk menentukan kelulusan yaitu nilai gabungan antara nilai UN dan Nilai Sekolah yang terdiri atas Ujian Sekolah dan Nilai Rapor. Dengan formula yang baru maka kriteria kelulusan mempertimbangkan prestasi siswa di sekolah.
Jadi sebelum kelulusan diumumkan, sekolah mengirimkan hasil nilai sekolah untuk digabungkan dengan hasil nilai UN ke Kemdiknas. Selanjutnya, setelah digabungkan dengan formula 60 persen UN ditambah dengan 40 persen nilai sekolah, nilai tersebut dikembalikan lagi ke sekolah. “Sekolah merekapitulasi dengan mata pelajaran lain. Kan ada tujuh mata pelajaran lain yang harus lulus. Yang menentukan kelulusan tetap satuan pendidikan,” katanya Mendiknas.
Jadi  perhitungan Nilai Ujian = 60% N.UN + 40% N.S
dimana N.UN adalah Nilai Ujian Nasional dan NS adalah Nilai Sekolah yang meliputi Ujian Sekolah (US) dan Nilai Rapor 

Target Ujian Nasional
Ada yang menarik dari penjelasan Mendiknas, target kelulusan ujian nasional “tidak ada” karena tahun lalu sudah tinggi kelulusannya, justru ada target lain yang arahnya adalah perbaikan sistem ujian nasional yaitu kejujuran !!
Mata Pelajaran yang diujikan pada UN 2011
Melalui runteks di televisi dan sejumlah media cetak dan elektronik/internet ramai diberitakan Pelajaran Agama Islam (PAI)  diwacanakan akan dimasukkan dalam Ujian Nasional (UN). Tetapi hal wacana tersebut sudah ada kepastianya dimana PAI  tidak jadi dimasukkan salah satu materi UN 2011.
Berikut Mata-mata Pelajaran yang diujikan pada UN 2011.
Jenjang SMA/MA Program IPA
  1. Matematika
  2. Bahasa Indonesia
  3. Bahasa Inggris
  4. Kimia
  5. Biologi
  6. Fisika
Jenjang SMA/MA Program IPS
  1. Matematika
  2. Bahasa Indonesia
  3. Bahasa Inggris
  4. Sosiologi
  5. Geografi
  6. Ekonomi
Jenjang SMA/MA Program Bahasa

  1. Matematika
  2. Bahasa Indonesia
  3. Bahasa Inggris
  4. Bahasa Asing lain yang diambil
  5. Sejarah Budaya/Antropologi
  6. Sastra Indonesia
Jenjang SMA/MA Program Keagamaan

  1. Matematika
  2. Bahasa Indonesia
  3. Bahasa Inggris
  4. Ilmu Tafsir
  5. Ilmu Hadis
  6. Ilmu Kalam
Jenjang SMK
  1. Matematika
  2. Bahasa Indonesia
  3. Bahasa Inggris
  4. Teori Kejuruan
  5. Praktek Kejuruan
Jenjang SMP/M.Ts

  1. Bahasa Indonesia
  2. Bahasa Inggris
  3. Matematika
  4. IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)

Penjelasan Mendiknas Tentang Formula UN 2011

Sabtu, 01 Januari 2011
Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) M Nuh menerangkan, formula UN ini telah resmi akan digunakan pada UN tahun pelajaran 2010/2011 mendatang. Dijelaskannya, formula UN ini merupakan hasil kesepakatan bersama dengan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) selaku penyelenggara UN, serta atas rekomendasi DPR RI.
“Kalau dulu, UN sendiri dinilai, hasilnya berapa. Kalau dia memenuhi 5,5 ke atas, lulus. Pada 2011, dikombinasikan antara ujian yang dilakukan secara nasional, dengan prestasi atau capaian waktu dia sekolah kelas 1,2 dan 3,” ungkap Mendiknas, dalam konferensi pers Kemdiknas Akhir Tahun, di Gedung Kemdiknas, Jakarta, Kamis (30/12), yang turut dihadiri oleh jajaran pejabat Kemdiknas lainnya.
Syarat kelulusan lainnya adalah nilai tiap mata pelajaran minimal 4,00 dan tidak ada ujian ulangan. “Bagi yang tidak lulus, dapat mengikuti Ujian Paket C untuk SMA,” ujarnya.
Dikatakan M Nuh, seorang siswa sedikitnya harus meraih nilai 4 pada UN agar dapat lulus, dengan syarat nilai ujian sekolahnya 8. Dengan menggabungkan kedua nilai tersebut, maka nilai akhir diperoleh 5,6, atau di atas nilai minimal 5,5. “Kalau nilai ujian sekolah 7, belum lulus. Nilai aman UN adalah 6,” katanya, saat mensimulasikan patokan nilai UN tersebut.
Lebih jauh, Mendiknas juga menambahkan bahwa berdasarkan hasil monitoring berita selama tahun 2010, UN menempati urutan pertama dari 10 isu pemberitaan pendidikan 2010. Dia menyebutkan, jumlah pemberitaan terkait UN sebanyak 1.899 (20,1 persen), disusul soal guru sebanyak 974 berita (10,3 persen), dan penerimaan peserta didik baru 537 berita (5,7 persen). “Yang paling banyak urusan UN. Itu menunjukkan bahwa UN menjadi perhatian publik,” sebutnya pula.
Semoga Pelaksanan UN 2011 dengan Formula barunya bisa berjalan lebih baik lagi, Amin!

sumber  : ujiannasional.org