Sahabat, seperti itulah hidup mengajarkan kita. Ternyata segala sesuatunya bisa kita ubah, dan kata kuncinya adalah ‘konsisten’. Perhatikanlah sebuah bongkahan batu besar yang di atasnya menetes air. Secara logika, tetes-tetes air itu mustahil mampu merubah bentuk bongkahan batu itu menjadi berlubang. Tetapi jika tetesan air itu terus menetes hingga puluhan tahun pada titik yang sama, ternyata batu yang kokoh itu dapat berlubang. Itulah konsistensi.
Seperti itu pula kita. Terlalu banyak hal yang menurut kita terlalu mustahil untuk seorang ‘Aku’ menghadapinya dalam hidup ini. Seperti kemustahilan tradisi suku Indian yang menari untuk meminta hujan saat kemarau, dan ternyata hujan itu betul-betul turun. Dan bukan hanya sekali dua kali tradisi tarian itu suskses mendatangkan hujan, tapi setiap kali mereka menari pasti turun hujan. Apakah mereka mampu melawan takdir? Bukan. Mereka selalu sukses mendatangkan hujan lewat tarian sebab mereka konsisten melakukannya. Mereka tidak akan berhenti menari hingga hujan benar-benar turun membasahai tanah meraka. Meskipun harus menarai seharian, sepekan, setahun, bahkan hingga kiamat. Itulah konsistensi.
Sahabat, bahkan jika ingin jujur mungkin sebagian besar kegagalan kita dalam hidup ini adalah buah dari ketidakkonsistenan kita pada perubahan-perubahan yang telah direncanakan. Mungkin fisik kita lemah dan sakit karena tidak pernah konsisten berolah raga. Mungkin pikiran kita dangkal karena kita tidak konsisten membaca buku. Mungkin hubungan dengan pasanagn kita semakin renggang karena kita tidak konsisten mengucapkan kata cinta. Bahkan mungkin bisnis kita gagal dan berantakan hanya karena kita tidak konsisten menepati janji. Berubah itu sulit, namun konsisten itu jauh lebih sulit.
(malam terakhir di Singapore..)