Sahabat, sejak pergantian tahun beberapa minggu yang lalu, kesibukan telah merenggut waktuku untuk melaksanakan sebuah kewajiban, posting. Akhirnya, dengan berat hati blog jelek ini harus menampilkan wajah yang sama dalam beberapa hari. Memalukan! Pada awalnya, memulai untuk menulis sketsa pikiran di blog itu sangat sulit. Membutuhkan kerja keras untuk merangkai ide-ide dan pikiran-pikiran di dalam kepala, menjadi sebuah tulisan yang enak untuk dibaca (setidaknya bagi penulis ). Sebab memulai untuk berubah itu cukup sulit. Tapi ternyata seiring berjalannya waktu, merangkai ide dan pikiran itu seperti bukan hambatan lagi. Sebab ide-ide terus saja mengalir dan pikiran-pikiran besar terus saja berkecamuk. Jari jemari pun semakin lincah menari mengikuti sketsa ide dan pikiran menjadi sebuah narasi sederhana. Tapi persoalannya kemudian adalah, konsistensi. Ya, konsistensi itulah yang ternyata jauh lebih sulit. Saat agenda semakin padat dan aktivitas semakin banyak, justru yang diperlukan adalah konsistensi. Sebab ternyata, karya itu bukanlah prestasi pada satu waktu, melainkan akumulasi kerja yang terus menerus konsisten dilakukan hingga menemukan momentum ledakannya.
Sahabat, seperti itulah hidup mengajarkan kita. Ternyata segala sesuatunya bisa kita ubah, dan kata kuncinya adalah ‘konsisten’. Perhatikanlah sebuah bongkahan batu besar yang di atasnya menetes air. Secara logika, tetes-tetes air itu mustahil mampu merubah bentuk bongkahan batu itu menjadi berlubang. Tetapi jika tetesan air itu terus menetes hingga puluhan tahun pada titik yang sama, ternyata batu yang kokoh itu dapat berlubang. Itulah konsistensi.
Seperti itu pula kita. Terlalu banyak hal yang menurut kita terlalu mustahil untuk seorang ‘Aku’ menghadapinya dalam hidup ini. Seperti kemustahilan tradisi suku Indian yang menari untuk meminta hujan saat kemarau, dan ternyata hujan itu betul-betul turun. Dan bukan hanya sekali dua kali tradisi tarian itu suskses mendatangkan hujan, tapi setiap kali mereka menari pasti turun hujan. Apakah mereka mampu melawan takdir? Bukan. Mereka selalu sukses mendatangkan hujan lewat tarian sebab mereka konsisten melakukannya. Mereka tidak akan berhenti menari hingga hujan benar-benar turun membasahai tanah meraka. Meskipun harus menarai seharian, sepekan, setahun, bahkan hingga kiamat. Itulah konsistensi.
Sahabat, bahkan jika ingin jujur mungkin sebagian besar kegagalan kita dalam hidup ini adalah buah dari ketidakkonsistenan kita pada perubahan-perubahan yang telah direncanakan. Mungkin fisik kita lemah dan sakit karena tidak pernah konsisten berolah raga. Mungkin pikiran kita dangkal karena kita tidak konsisten membaca buku. Mungkin hubungan dengan pasanagn kita semakin renggang karena kita tidak konsisten mengucapkan kata cinta. Bahkan mungkin bisnis kita gagal dan berantakan hanya karena kita tidak konsisten menepati janji. Berubah itu sulit, namun konsisten itu jauh lebih sulit.
(malam terakhir di Singapore..)
0 komentar:
Posting Komentar